Peradaban dunia banyak di bangun dari peradaban
sungai. Begitu pentingnya sungai sebagai patner dalam membangun peradaban, maka
peradaban yang mahsyur adalah yang berkomitmen dan kosisten dalam menjaga,
menggunakan dan memanfaatkan sungai sebagai sarana kehidupan. Bagaimana sungai
menyediakan kebutuhan air dalam kesehariantermasuk mandi, mencuci dan untuk
mengairi perkebunan dan pertanian.
Meskipun aktivitas peradaban di sungai seperti mandi, mencuci dan mengambil air minum telah banyak ditinggalkan, namun
di sisi hilir sungai ini masih banyak aktivitas yang mengambil manfaat dari
sungai, bahkan menjadi sumber mata pencaharian. Beberapa bendungan juga
dibangun di beberapa titik untuk mengambil manfaat air sungai mengairi
lahan-lahan pertanian dan perkebunan. Untuk itu, sudah selayaknya kelestarian
ekosistem sungai tetap menjadi perhatian warga masyarakat terlebih
pemerintah.
Dari kegiatan survei yang kami lakukan bersama teman-teman, ditemukan banyak sumber pencemar yang ditemui. Salah
satunya adalah limbah anorganik (lambat terurai) yang dibuang secara kolektif
di beberapa titik bantaran sungai hingga tumpah jatuh ke sungai, bahkan tidak
sedikit limbah yang dibuang secara langsung ke badan sungai. Bentuk limbah
anorganik yang ditemukan dalam jumlah banyak diantaranya adalah kantong
plastik, pecahan kaca (beling), botol kaca maupun plastik, popok bayi (pampers)
dan stereoform (gabus sintetik).
Kurangnya kesadaran warga masyarakat yang membuang
limbah anorganik ke sungai ini bisa menimbulkan dampak buruk bagi ekosistem
sungai. Limbah ini dalam proses penguraianya yang berlangsung sangat lambat
(bisa ratusan tahun) dapat menjadi racun yang membunuh habitat hidup seperti
ikan dan udang. Karenanya dapat pula menimbulkan pendangkalan sungai dan
mengganggu warga yang masih beraktivitas di sungai. Sebagai contoh di daerah
hilir Sungai Tayu, para nelayan sering mengeluhkan sampah yang mengganggu
baling-baling kapal. Yang jelas kondisi limbah yang menumpuk di tepian ataupun
di badan sungai merusak estetika / keindahan yang berpengaruh pada kondisi
psikologis bagi siapapun yang memandangnya.
Masalah atas kondisi ekosistem sungai ini
tidaklah cukup hanya dibicarakan saja, sudah
selayaknya generasi muda banyak belajar tentang manajemen sungai agar potensi
sungai yang jumlahnya ribuan di negara ini agar tidak terbuang percuma dan
hanya menjadi masalah saja ketika musim hujan dan kemarau. Untuk itulah perlu dibuat kegiatan dengan tujuan yang bukan hanya seremonial belaka, tetapi juga berusaha
merangkul berbagai komunitas komponen masyarakat termasuk para
seniman dan budayawan, tokoh masyarakat dan pemerintah daerah setempat.
Salam Lestari!












Tidak ada komentar:
Posting Komentar